Kamis, 30 September 2010

BRONKITIS

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN BRONKITIS

A. KONSEP DASAR

I. Definisi

· Bronkitis adalah suatu peradangan dari bronkioli, bronkus, dan trakea oleh berbagai sebab (Purnawan Juadi; 1982; 206)

· Bronkitis adalah inflamasi lapisan mukosa jalan napas trakeobronkial dan produksi mukus yang berlebihan. Hal ini dapat akut atau kronis

· Bronkitis akut adalah penyakit infeksi saluran napas akut (inflamasi bronkus) yang biasanya terjadi pada bayi dan anak yang biasanya juga disertai dengan trakeitis (radang tekak : lubang atau rongga kerongkongan; faring) (Ngastiyah; 1997; 36)

· Bronkitis kronis adalah inflamasi luas jalan napas dengan penyempitan atau hambatan jalan dan peningkatan produksi spuntum mokoid, menyebabkan sinosis. (Amin Muhamad, dkk. Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press, Surabaya)

Bronkitis biasa juga disebut dengan laringo trakeobronkitis akut atau croup dan paling sering menyerang anak usia 3 tahun.

II. Etiologi

Bronkitis akut biasanya sering disebabkan oleh virus seperti Rhinovirus, Respiratory Syncitial Virus (RSV), virus influenza, virus para influenza, dan coxsackie virus. Bronkitis akut juga dapat dijumpai pada anak yang sedang menderita morbili, pertusis dan infeksi mycoplasma pneumoniae.

Penyebab lain dari bronkitis akut dapat juga oleh bakteri (staphy lokokus, streptokokus, pneumokokus, nemo phylus influenzae). Bronkitis dapat juga disebabkan oleh parasit seperti askarasis dan jamur. (Purnawan Junadi; 1982; 206).

Penyebab non infeksi adalah akibat aspirasi terhadap bahan fisik atau kimia.

Faktor predesposisi terjadinya bronkitis akut adalah perubahan cuaca, alergi, polusi udara dan infeksi saluran napas atas kronik memudahkan terjadinya bronkitis.

Faktor predesposisi terjadinya bronkitis kronik adalah batuk-batuk kronik dengan mengeluarkan dahak sepanjang hari dan kadang-kadang disertai sesak napas.

III. Patofisiologi

Virus dan kuman biasa masuk melalui part de entry mulut dan hidung dropplet intechan (berhenti untuk menular) yang selanjutnya akan menimbulkan viremia/bakterimia dengan gejala atau reaksi tubuh untuk melawan perlawanan.


IV. Manifestasi Klinik

1. Gejala yang timbul : malaise (keadaan lesu atau perasaan kurang sehat), demam, badan terasa lemas, banyak keringat, tachycardia, tachypnoe

2. Tanda iritasi : batuk, ekspektorasi/peningkatan produksi sekret, rasa sakit di bawah sternum

3. Tanda obstruksi (hambatan) : sesak napas, rasa mau muntah

V. Diagnostik Test

1. Pemeriksaan sinar-X toraks mungkin memperlihatkan bronkitis akut.

2. Analisa gas darah memperlihatkan penurunan oksigen arteri dan peningkatan karbon dioksida arteri.

3. Polisitemia (peningkatan konsentrasi sel darah merah) terjadi akibat hipoksia kronik yang disertai sianosis, menyebabkan kulit berwarna kebiruan.

4. Pemeriksaan sinar-X toraks dapat membuktikan adanya bronkitis kronik.

5. Pemeriksaan laboratorium, yaitu :

- Pemeriksaan darah lengkap, à untuk mengetahui jumlah Hb (Hemoglobin), LED (Laju Endap Darah), Leukosit, dll.

VI. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan adalah istirahat yang cukup, kurangi rokok (bila merokok), minum lebih banyak dari pada biasanya dan tingkatkan intake nutrisi yang adekuat.

Bila pengobatan sudah dilakukan selama 2 minggu tetapi tidak ada perbaikan maka perlu dicurigai adanya infeksi bakteri sekunder dan antibiotik boleh diberikan, pemberian antibiotik adalah 7-10 hari, jika ada perbaikan perlu dilakukan thorak foto untuk menyingkirkan kemungkinan kolaps perlu segmental dan lobaris, benda asing dalam saluran pernapasan dan tuberkulosis.

VII. Komplikasi

- Bronkitis akut yang berulang maka terjadi kecenderungan untuk menjadi bronkitis kronik (pada usia dewasa)

- Pneumonia (radang paru-paru)

- Asma bronkial

- Bronkietasis

B. ASUHAN KEPERAWATAN

I. Pengkajian

- Biodata : (nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pekerjaan, dll)

- Keluhan Utama

Biasanya penderita (kx) mengeluh sesak napas.

- Riwayat Penyakit Sekarang

Klien pada umumnya mengeluh dadanya terasa sesak dan terasa sulit untuk bernapas.

- Riwayat Penyakit Dahulu

Merupakan faktor pencetus timbulnya bronkitis (infeksi saluran napas, adanya riwayat alergi, stress). Frekuensi timbulnya wheezing. Lama penggunaan obat-obat sebelumnya. Adakah riwayat asma ataupun adanya faktor keturunan terhadap alergi ?.

- Riwayat Penyakit Keluarga

Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lalu yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang ? atau penyakit lain misalnya DM, dan hipertensi.

- Riwayat Psikososial-Spiritual

a. Psikologis : perasaan yang dirasakan oleh klien, apakah cemas/sedih ?

b. Sosial : bagaimana hubungan klien dengan orang lain maupun orang terdekat klien dan lingkungannya ?

c. Spiritual : apakah klien tetap menjalankan ibadah selama perawatan di rumah sakit ?

II. Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari

- Pola makan

Kaji kebiasaan pola makan klien selama di rumah ataupun di rumah sakit. Biasanya nafsu makan klien dengan diagnosa medis bronkitis berkurang karena penurunan masukan sekunder terhadap kelelahan dan anoreksia.

- Pola minum

Kaji kebiasaan pola minum klien selama di rumah sakit, apakah pola minum klien teratur atau tidak ? karena pada pola minum yang teratur dan banyak dapat membantu klien untuk mengeluarkan sekret.

- Eliminasi alvi (BAB)

Pola teratur 1x sehari dengan konsistensi lunak dan warna kuning.

- Eliminasi urine

Pola kebiasaannya biasanya dalam batas normal (5-6 x/hari) dengan warna kuning jernih.

- Istirahat tidur

Pola tidur klien dilakukan dengan posisi setengah duduk, dengan istirahat tidur yang cukup. Untuk membantu saluran pernapasan yang membantu keluarnya sekret.

- Aktivitas

Membatasi kegiatan yang berlebihan.

III. Pemeriksaan Fisik

- Observasi tanda-tanda vital (TTV) à TD :

N :

S :

Pernafasan :

Pada umumnya tidak panas, jika ada biasanya rendah

- Keadaan umum biasanya tampak batuk-batuk, tampak agak sesak. Melakukan observasi tingkat kesadaran

a. Compos mentis : sadar sepenuhnya dapat menjawab semua pernyataan tentang keadaan sekelilingnya

b. Apatis : keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan kehidupan sekitarnya, sikap acuh tak acuh

c. Somnolen : keadaan kesadaran yang mau tidur saja. Dapat dibangunkan dengan rangsangan nyeri akan tetapi jatuh tidur lagi

d. Delirium : keadaan kacau motorik yang sangat, memberontak berteriak dan tidak sadar terhadap orang lain, tempat dan waktu

e. Sopor/semi koma : keadaan kesadaran yang menyerupai koma, reaksi hanya dapat ditimbulkan dengan rangsangan nyeri

f. Koma : keadaan kesadaran yang tulang sama sekali dan tidak dapat dibangunkan dengan rangsangan apapun

Pada umumnya tingkat kesadaran compos mentis dengan GCS : 4 5 6

Pengkajian persistem

- Sistem muskuloketel

Pergerakan sendi dan tulang dapat digerakkan secara normal.

- Sistem penglihatan

Pergerakan bola mata yang normal, tidak terdapat pelebaran isokhor (pelebaran pupil pada mata).

- Sistem pernapasan

· Inspeksi : lihat bentuk dada klien simetris / tidak

· Auskultasi : adakah kemungkinan terjadi perubahan bunyi napas yang kasar atau rales atau ronki kering yang tidak tetap dan mengtulang bila batuk ?

· Adakah peningkatan produksi sekret ?

- Sistem kardiovaskuler

Biasanya bunyi jantung normal, pola nadi normal.

- Sistem persyarafan

Gerakan reflek tubuh normal dengan GCS 4 5 6.

- Sistem pencernaan

Kx biasanya merasa perutnya kembung, dan adanya nyeri telan.

- Sistem reproduksi

Tidak adanya penyakit kelamin.

- Sistem perkemihan

Tidak adanya perubahan pada warna urine, tidak terdapat albumin (protein yang terdapat pada jaringan tubuh) dalam kemih.

IV. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidak efektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan edema mukosa

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan rasa malaise

3. Rasa cemas berhubungan dengan sesak, penggunaan alat medis yang tidak dikenal/alat bantu pernapasan

4. Resiko gangguan keseimbangan cairan (defisit) berhubungan dengan penurunan intake oral, tacypnoe (nafas cepat)

5. Kurang pengetahuan (pengobatan asma, olah raga, alergen) berhubungan dengan terbatasnya informasi

INTERVENSI DAN RASIONAL

Diagnosa 1 : Ketidak efektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan edema mukosa

Tujuan :

Klien akan bernapas dengan efektif

Kriteria :

Pada saat bernapas tidak menggunakan otot-otot bantu frekwensi napas dalam batas normal, suara napas bronchovaskuler.

Intervensi :

1. Anjurkan pada klien dan keluarga beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan proses pengeluaran sekret

R/ : pengetahuan yang memadai memungkinkan keluarga dan klien kooperatif dalam tindakan perawatan

2. Anjurkan kepada klien dan keluarga agar memberikan minum lebih banyak dan hangat kepada klien

R/ : peningkatan hidrasi cairan akan mengencerkan sekret sehingga sekret akan lebih mudah dikeluarkan

3. Lakukan fisioterapi napas dan latihan batuk efektif

R/ : fisioterapi napas melepaskan sekret dari tempat perlekatan postural drainase memudahkan pengaliran sekret, batuk efektif mengeluarkan sekret secara adekuat

Diagnosa 2 : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan rasa malase

Tujuan :

Klien akan terpenuhi kebutuhan nutrisinya

Kriteria :

- Berat badan dalam batas normal

- Terjadi peningkatan berat badan

- Klien akan menghabiskan makanan yang disajikan.

Intervensi :

1. Jelaskan pada klien dan keluarga tentang manfaat dari nutrisi yang adekuat (rangsang yang cukup untuk menimbulkan reaksi)

R/ : pengetahuan yang memadai memungkinkan klien dan keluarga kooperatif terhadap tindakan perawatan yang diberikan

2. Sajikan makanan dalam keadaan hangat dan menarik

R/ : merangsang peningkatan nafsu makan pada fase sefal

3. Berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering

R/ : dilatasi lambung yang berlebihan merangsang rasa mual dan muntah

Diagnosa 3 : Rasa cemas berhubungan dengan sesak, penggunaan alat medis yang tidak dikenal/alat bantu pernapasan

Tujuan :

Rasa cemas berkurang setelah mendapatkan penjelasan

Kriteria :

- Klien sudah tidak merasa cemas terhadap tindakan perawatan (penggunaan alat medis)

- Klien tampak tenang

- Klien kooperatif

Intervensi :

1. Jelaskan pada klien setiap tindakan yang akan dilakukan

R/ : penjelasan yang memadai memungkinkan klien kooperatif terhadap tindakan yang akan dilakukan

2. Berikan motivasi pada keluarga untuk ikut secara aktif dalam kegiatan perawatan klien

R/ : peran serta keluarga secara aktif dapat mengurangi rasa cemas klien

3. Observasi tingkat kecemasan klien dan respon klien terhadap tindakan yang telah dilakukan

R/ : deteksi dini terhadap perkembangan klien

Diagnosa 4 : Resiko gangguan keseimbangan cairan (defisit) berhubungan dengan penurunan intake oral, tacypnoe (napas cepat)

Tujuan :

Tidak terjadi gangguan keseimbangan cairan selama dalam masa perawatan

Kriteria :

- Produksi urine dalam batas normal

- Tekanan darah dalam batas normal

- Mata tidak cowong

- Mukosa bibir lembab

Intervensi :

1. Anjurkan kepada keluarga klien untuk memberikan minum yang cukup namun sering

R/ : intake cairan yang adekuat mencegah timbulnya defisit cairan

2. Observasi intake dan output cairan

R/ : mengetahui sejak dini dengan menghitung secara tepat agar tidak terjadi defisit cairan

3. Observasi tanda vital dan produksi urine serta keadaan umum

R/ : gangguan keseimbangan perubahan para tanda vital, produksi urine

Diagnosa 5 : Kurang pengetahuan (pengobatan asma, olah raga, alergen) berhubungan dengan terbatasnya informasi

Tujuan :

Keluarga dan klien memiliki pengetahuan yang cukup setelah mendapatkan penjelasan

Kriteria :

Klien/keluarga klien menjelaskan lagi tentang pengobatan dan penatalaksanaan pada klien Bronkitis dengan menggunakan bahasanya sendiri

Intervensi :

1. Jelaskan pada keluarga tentang pengobatan Bronkitis

R/ : pengetahuan yang memadai memungkinkan klien dan keluarga mengerti tujuan dilakukannya pemberian terapi/pengobatan

2. Jelaskan pada klien/keluarga klien tentang efek samping penggunaan obat-obatan

R/ : mencegah terjadinya komplikasi akibat efek samping pengobatan

3. Observasi pengetahuan keluarga klien tentang penjelasan yang diberikan oleh petugas

R/ : kemampuan keluarga klien dalam memberikan penjelasan mencerminkan tingkat pemahaman keluarga

V. Implementasi

Merupakan tindakan pelaksanaan dari intervensi yang telah dibuat untuk dapat mengatasi diagnosa keperawatan yang telah ada.

VI. Evaluasi

1. Apakah klien dapat bernapas dengan efektif ?

2. Apakah klien sudah terpenuhi kebutuhan nutrisinya ?

3. Apakah kecemasan klien sudah berkurang ?

4. Apakah klien sudah terpenuhi kebutuhan cairannya ?

5. Apakah klien/keluarga klien sudah mengerti mengenai penyakit bronkitis ?

DAFTAR PUSTAKA

Amin, M. dkk. Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press : Surabaya.

Baughman. C. (2002). Keperawatan Medical Bedah. EGC : Jakarta.

Corwin, J. Elizabeth. (2001). Buku Saku Patofisiologi. EGC : Jakarta.

Manyoer, A. dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.

Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. EGC : Jakarta.

Sarwono, W. dkk. (2001). Ilmu Penyakit Dalam Edisi III Jilid 2. FKUI : Jakarta.

Swearingen. C. (2000). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 2. EGC : Jakarta.

Internet :

Medicastore.com (Kamis 22 September 2005)